Batavia (Jakarta) di era kolonial banyak dipenuhi oleh para jawara. Tak jarang, aksi perampokan dan kejahatan dilakukan para jawara itu. Bahkan beberapa nama di antaranya hingga saat ini masih diingat dan tercatat dalam sejarah, sebut saja si Gantang.
Sosok si Gantang tiba-tiba melejit di dunia kriminal setelah berhasil melarikan diri dari penjara yang telah dihuninya selama enam tahun lamanya. Saat itu si Gantang tengah menunggu eksekusi mati terhadap dirinya.
Dalam pelariannya, si Gantang melakukan kejahatan yang membuat berang pemerintah Belanda. Dengan komplotannya, si Gantang tak pandang bulu merampok dan mencuri harta benda seseorang.
Namun, si Gantang berbeda dengan Pitung, ia bukan Robin Hood atau penjahat budiman yang rela membagi-bagikan hasil rampokannya kepada rakyat miskin. Gantang merampok siapa saja yang dikehendakinya, mulai dari petani pribumi hingga orang-orang kaya Tionghoa dan Eropa.
Saat itu, para tuan tanah yang resah atas ulah Gantang dan komplotannya hanya punya satu pilihan, yaitu memberikan setoran atau dirampok.
Dalam buku 'Figures of Criminality in Indonesia, the Philippines, and Colonial Vietnam' karya Rudolf Mrazek, disebutkan, Gantang bukanlah bandit kelas teri. Ia memiliki hubungan baik dengan sejumlah pejabat pribumi, salah satunya adalah Demang Bekasi. Si Gantang menyuap sang demang untuk membebaskan komplotannya yang tertangkap.
Gantang juga memiliki hubungan baik dengan orang-orang Eropa yang dapat memberinya informasi dan senjata. Ketenaran Gantang dan kelompoknya kemudian dimanfaatkan oleh perampok lain. Mereka menggunakan nama Gantang saat merampok. Hal ini semakin mendongkrak popularitas Gantang di dunia kriminal saat itu.
Si Gantang bahkan berani mengejek pemerintah dan otoritas kepolisian Belanda. Di setiap kemunculannya di depan publik, si Gantang kerap menggunakan topi asisten residen, sementara para anak buahnya mengenakan seragam polisi kolonial. Hal itu kemudian menjadi tertawaan di kalangan warga pribumi.
Tak hanya itu, Gantang juga mengorganisir pemerintahan independen. Ia menarik pajak dalam bentuk uang atau hewan ternak dari penduduk di wilayah kekuasaannya. Konon, Gantang memiliki markas di sebuah kampung di kawasan Pondok Gede.
Merasa dipermalukan, kepolisian kolonial Belanda kemudian berusaha keras menangkapnya. Pencarian kemudian membuahkan hasil ketika seseorang yang diidentifikasi sebagai Gantang tertangkap di sebuah desa di dekat Kendal, Jawa Tengah.
Sebelum dibawa ke Batavia, kepolisian Belanda melakukan identifikasi final kepada pria yang mengaku bernama Oenoes itu. Hasilnya, Oenoes memiliki ciri-ciri mirip si Gantang, yaitu, kesamaan tinggi badan 1,8 meter, memiliki kumis, memiliki banyak bekas luka seperti codet di muka, dan bekas luka pukulan rotan di punggung.
Pria itu kemudian dibawa ke Batavia dengan menggunakan kereta. Namun, setibanya di Batavia ia tidak dihukum mati seperti putusan pengadilan sebelumnya. Si Gantang justru dijadikan buruh narapidana.
sumber :http://www.merdeka.com/peristiwa/si-gantang-bandit-tersohor-di-batavia.html
إرسال تعليق