Selain lewat nama jalan, kini kenangan terhadap Mohammad Husni Thamrin kembali dibangkitkan melalui sebuah patung. Pagi tadi Gubernur DKI Fauzi Bowo meresmikan patung pahlawan nasional itu yang berada di Silang Monas, Jakarta.
Banyak kisah kepahlawanan yang bisa dipetik dari kisah MH Thamrin. Dari tahun 1933 sampai 1942, saat pergerakan Soekarno-Hatta-Sjahrir untuk memperjuangkan kemerdekaan terkesan mandek, justru Thamrin tetap bergerak dengan bersemangat di Volksraad (Dewan Rakyat).
Thamrin sering disebut satu napas dengan Bung Karno. Dia hadir saat Soekarno diadili, dijebloskan ke penjara, dan dibuang ke Ende. Jika Soekarno-Hatta disebut sebagai perpaduan orator ulung dan administrator handal, maka Soekarno-Thamrin dikenal sebagai tokoh dengan nonkooperatif dan kooperatif. Dua jalur perjuangan itu dinilai penting bagi kemerdekaan.
MH Thamrin dilahirkan di Sawah Besar, Betawi, 16 Februari 1894. Ia berasal dari keluarga berada. Kakeknya, orang Inggris, pemilik hotel di bilangan Petojo, yang menikah dengan perempuan Betawi, Noeraini. Ayahnya, Thamrin Mohamad Thabrie, pernah menjadi Wedana Batavia tahun 1908, jabatan tertinggi nomor dua yang terbuka bagi warga pribumi setelah bupati.
Dia masuk sekolah Belanda, fasih berbahasa ini, mampu berdebat dengan baik. Memulai karier sebagai pegawai magang di Residen Batavia dan pegawai klerk di perusahaan pelayaran KPM. MH Thamrin lalu duduk di Dewan Kota (Gemeenteraad, 1919-1941) lalu di Dewan Rakyat (Volksraad, 1927-1941).
Dia dikenal sebagai salah tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad, mewakili kelompok Inlanders. Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra.
Dia juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Indonesia, karena menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda (Indonesia) pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (Jakarta).
Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, Thamrin dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10.000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntut penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.
(Dari berbagai sumber)
sumber :http://www.merdeka.com/peristiwa/mh-thamrin-putra-betawi-yang-nasionalis.html
Post a Comment